四角形: 角を丸くする: 日本語四角形: 角を丸くする: English四角形: 角を丸くする: 中文简体四角形: 角を丸くする: Español四角形: 角を丸くする: Tiếng việt四角形: 角を丸くする: Indonesia 

 

Apa yang dimaksud dengan pendidikan Bahasa Jepang melalui gambar?

Banyak yang mengatakan bahwa anak-anak luar Jepang sulit untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dapat dipahamai jika Kemampuanpendengaran”, “percakapan”, “penulisandalam Bahasa Jepang tidak diajarkan dengan cukup pada jaman sekarang ini. Bagi anak-anak permasalahan kemampuan Bahasa Jepang bukan hanya mengenai belajar Bahasa Jepang saja, tapi menurut saya penting juga mengembangkan kemampuan untuk berfikir diusia dini, karena akan menjadi permasalahan serius apabila pengembangan pola fikir terhenti.

 

Dengan adanya pendidikan yang benar, anak-anak akan memiliki kepercayaan diri, kemampuan berfikir anak juga akan keluar, dan terpusat pada latihan berfikir logis, pada intinya saya berpendapat bahwa diperlukan latihan merangkum gagasan pada anak dalam Bahasa Jepang. Bagi anak yang tidak suka membaca pun, dengan melihat gambar akan timbul pertanyaan kenapa menjadi seperti itu? Kemudian mereka dengan senang mendeskripsikannya. Anak-anak akan berfikir mengenai gambar tersebut, kemudian pada saat mereka mendeskripsikannya, disitulah peran kita untuk mengetahui letak kekurangan pada kemampuan Bahasa Jepang mereka.

 

Di kelas kami tidak mengajarkan Bahasa Jepang, kami menunggu anak-anak menggunakan kosa kata dan pada saat mereka kesulitan barulah kami membantu melancarkan Bahasa Jepang mereka.

 

Pemikiran yang beragam ini sudah ada didalam diri anak-anak, apabila ada kesempatan benih ini dapat tumbuh dan berkembang. Dengan cara seperti itulah kami mengajarkan Bahasa Jepang.

 

 

 

 

 

 

Tujuan dari kelas Bahasa Jepang melalui gambar -Untuk para orang tua-

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kami berkeinginan agar para wali murid memahami tujuan dari kegiatan belajar yang kami lakukan. Karena pada dasarnya ini bukanlah kelas belajar yang mengikuti kurikulum sekolah pada umumnya. Selain itu, orang tua dapat merasa tenang karena perkembangan kemampuan Bahasa Jepang sehari-hari pada anak akan lebih cepat dibandingkan dengan orang dewasa, bahkan ada juga orang tua yang berfikir bahwa anaknya sudah dapat berbicara dengan Bahasa Jepang!

 

Terdapat perbedaan yang besar pada anak yang bisa berbicara dalam Bahasa Jepang sehari-hari, dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, dan memiliki kemampuan berpikir dalam Bahasa Jepang. Pada kegiatan pembelajaran anak-anak diharuskan menggunakan tulisan, membaca dan menulis dengan menggunakan Bahasa Jepang. Bagaimanapun anak-anak tidak dapat menggunakan Bahasa Jepang dengan alami karena pada dasarnya Bahasa Jepang bukalah bahasa ibu, serta keterbatasan kosakata, sehingga kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Karena keterbatasan Bahasa Jepang inilah anak-anak diharuskanberfikirsehingga mereka menjadi berani berfikir dan berani menungkapkan pendapat. Padahal mereka memiliki kemampuan……. Apabila mendengarkan percakapan anak-anak dengan seksama, terdapat kemampuan berfikir kritis yang membuat saya sampai terkejut.

 

Penting untuk berlatih dengan konsepberfikir dengan Bahasa Jepang”, “mengungkapkan pendapat”, dan juga “merangkum ide kedalam karangan”. Dengan sering mengulang, saya berpendapat bahwa ide yang ada pada diri mereka akan tersampaikan dengan jelas. Selain itu yang lebih utama adalah adanyapembentukan pola pikir”.

 

Dengan kemampuan yang kami miliki, saya berharap bersamaan dengan pelajaran Bahasa Jepang ini, pola pikir anak-anak juga dapat berkembang, seperti akar pohon yang besar yang tumbuh semakin besar.

 

 

Materi pembelajaran kelas Bahasa Jepang

Materi pembelajaran dibagi berdasarkan level Bahasa Jepang yang ada pada anak-anak. Pada level pemula (dasar) dibutuhkan pelatihan baca tulis hiragana sebagai awal berkomunikasi dalam Bahasa Jepang. Tetapi sebisa mungkin kami berfikir bahwa akan lebih cepat jika anak-anak diberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide mereka dalam Bahasa Jepang walau hanya sepatah dua patah kata. Pada awalnya dimulai denganpembelajaran menggunakan gambar-gambar”, sekarang ini terpusat pada tiga materi besar yaitugambar/deskripsi buku bergambar”, “game tanya jawab” dan “pengulangan kata”. Kami membuat pembelajaran berulang dengan tiga metode pelatihan yaituberfikir logis dengan Bahasa Jepang” “mengungkapkan ide” dan “dapat menyimpulkan ide secara logis kedalam sebuah kalimat”. Dengan adanya pengulangan latihan tersebut, kami berfikir bahwa anak-anak akan dapat secara alami berfikir berdasarkan fakta yang ada dan isi dari pemikiran tersebut dapat diekspresikan menggunakan Bahasa Jepang.

 

 

Gambar/ deskripsi buku bergambar

Pertama-tama akan dimulai dengan pengamatan gambar yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada selembar kertas. Anak-anak akan diminta berfikir mengenai waktu dan dan musim yang ada pada gambar. Kemudian anak-anak akan melihat secara detail gambar tersebut. “kira-kira kapan musim tersebut?” “kenapa berfikir seperti itu?” akan ada pertanyaan seperti ini secara berulang-ulang. Seberapa banyak kosakata yang diucapkan ketika anak-anak menunjuk kedalam gambar dan juga apa yang mereka pikirkan juga akan tersampaikan dengan metode tersebut.

Lebih lengkapnya disini (jepang)

Game Tanya jawab

Kami akan memulai dengan pertanyaan “??? yang  kamu suka?”. Kemudian latihan akan dimulai berdasarkan jawaban yang akan nanti dijawab oleh anak-anak tersebut. Kemudian diakhiri dengan kalimat kesimpulan dari jawaban tersebut.  Jenis pertanyaan akan kami ubah sedikit demi sedikit.

Lebih lengkapnya disini (jepang)

Pengulangan kata

Latihan dengan pengulangan kalimat dari cerita yang mereka telah dengarkan sebelumnya. Latihan bertujuan untuk menggabungkan alur cerita dengan menggunakan kata penghubung dan pelatihan menggabungkan paragraf kalimat secara teori. Dimulai dengan mendengarkan cerita tersebut sekitar 1 menit, kemudian menyimpulkan cerita tersebut.

Lebih lengkapnya disini (jepang)

Scenes from our classes: summer class (Japanese)

 

 

Referensi: Sanmori, Yurika. Gengo gijyutu kyouiku no taikei to shidou naiyou [Systems and Lectures of Language Skills Education], Tokyo: Meijitosho, 1996.

 

 

kembali ke homepage